Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sesamanya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kesejahteraan itu dapat dicapai dengan hidup gotong royong. Bangsa Indonesia sudah mengenal gotong royong sejak zaman nenek moyang. Sejarah juga telah mencatat bahwa proses lahirnya bangsa (melalui Sumpah Pemuda 1928) hingga proses lahirnya negara (melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945) merupakan hasil dari gotong royong dari segenap komponen bangsa.
1. Bentuk Semangat dan Komitmen Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI
Perwujudan semangat dan komitmen kolektif kebangsaan untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam nasionalisme dan patriotisme bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia sebagai berikut :
- Masa Sebelum Kebangkitan Nasional
Perjuangan bangsa Indonesia untuk membela tanah air atau jiwa patriotisme sebelum kebangkitan nasional, masih bersifat kedaerahan, tergantung pada pemimpin, belum terorganisir, dan tujuan perjuangan belum jelas.
- Masa Kebangkitan Nasional
Perjuangan bangsa Indonesia tidak lagi bersifat kedaerahan, tetapi bersifat nasional. Perjuangan dilakukan dengan cara organisasi modern, di mana sejak berdirinya Budi Utomo merupakan titik awal kesadaran nasionalisme. Masa ini disebut angkatan perintis karena selain merintis kesadaran nasional juga merintis berdirinya organisasi.
- Masa Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Yang jelas dan tegas dalam menuntut kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda mengandung nilai yang sangat tinggi yaitu nilai persatuan dan kesatuan yang merupakan modal perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Masa ini disebut angkatan penegas karena angkatan inilah yang menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam berjuang mencapai kemerdekaan.
- Masa Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia, juga merupakan wujud perjuangan yang berdasarkan persatuan Indonesia. Oleh karena itu, semangat kebangsaan, semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang mengantarkan Indonesia mencapai tonggak sejarah yang paling fundamental harus kita jaga dan pertahankan. Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-cita nasional, yaitu masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
2. Semangat Kebangsaan Sebelum Masa Kemerdekaan
Semangat kebangsaan telah tumbuh sebelum masa penjajahan dan semakin kuat setelah kemerdekaan
- Masa Pra Kolonial
Bangsa Indonesia lahir dan bangkit melalui sejarah perjuangan masyarakat bangsa yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa asing. Akibat penjajahan bangsa Indonesia sangat menderita, tertindas lahir dan batin, mental dan materiil, mengalami kehancuran di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Kemegahan dan kejayaan Nusantara pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit juga hancur. Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram menunjukkan kejayaan yang dimiliki Nusantara dan pada waktu itu sejarah mencatat bahwa wilayah Nusantara berhasil dipersatukan dan mengalami kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat.
Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan sejarah awal pengenalan wilayah kepulauan Nusantara yang merupakan tanah air bangsa Indonesia. Sebutan Nusantara diberikan oleh seorang pujangga pada masa Kerajaan Majapahit, kemudian pada masa penjajahan Belanda sebutan ini diubah oleh Pemerintah Belanda menjadi Hindia Belanda. Indonesia berasal dari bahasa Latin, yaitu "indus" dan "nesos" yang berarti India dan pulau-pulau. Indonesia merupakan sebutan yang diberikan untuk pulau-pulau yang ada di Samudra India dan itulah yang dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian disebut dengan Indonesia.
Kerajaan Majapahit merupakan cikal bakal negara Indonesia. Majapahit yang keberadaannya sekitar abad XIII sampai abad XV adalah kerajaan besar yang sangat berjaya, terlebih pada masa pemerintahan Mahapatih Gajah Mada yang wafat sekitar tahun 1360-an. Gajah Mada adalah Mahapatih Majapahit yang sangat disegani, dia lah yang berhasil menyatukan Nusantara yang terkenal dengan Sumpah Palapa (sumpah yang menyatukan tidak akan pernah beristirahat atau berhenti berpuasa sebelum Nusantara bersatu).
Sumpah Palapa ini yang kemudian mengilhami para founding fathers untuk menggali kembali, menggunakan dan memelihara visi Nusantara, bersatu dalam Wawasan Nusantara dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, yang seharusnya berada dalam satu wadah. Sumpah Palapa yang dikemukakan Mahapatih Gajah Mada yang kemudian setelah Majapahit berhasil menyatukan daerah-daerah di luar Jawa Dwipa menjadi Patih Dwipantara atau Nusantara, pada zamannya merupakan visi globalisasi Majapahit, yaitu meskipun pusat Kerajaan berada di Pulau Jawa (Jawa Dwipa), namun dia bertekad menyatukan seluruh wilayah Nusantara (pulau-pulau yang berada di luar pulau Jawa) dalam satu kesatuan, satu kehendak, satu jiwa.
- Masa Penjajahan
Sejak berakhirnya masa kerajaan di Indonesia, masuklah bangsa Barat seperti Portugis dan Spanyol yang disusul oleh bangsa Belanda pada abad XVI tepatnya tahun 1596. Belanda cukup berhasil menguasai Indonesia, mereka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya sementara rakyat Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin. Belanda melakukan dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan memperlakukan rakyat Indonesia dengan sewenang-wenang. Belanda menerapkan politik adu domba dan melakukan diskriminasi rasial kepada rakyat Indonesia.
Kondisi masyarakat yang semakin parah akibat penjajahan tersebut membangkitkan perlawanan yang dipimpin oleh tokoh perjuangan, antara lain Sultan Ageng Tirtayasa, Cik Dik Tiro, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Imam Bonjol, Panglima Polim dan Pangeran Diponegoro. Namun perlawanan-perlawanan tersebut mengalami kegagalan karena pada waktu itu belum terpupuk kesadaran nasional dan perjuangan yang dilakukan masih bersifat kedaerahan.
Perlawanan terhadap penjajahan Belanda terus dilakukan, baik secara fisik maupun politik. Munculnya kesadaran para pejuang dan golongan terpelajar Indonesia serta situasi internasional yang menimbulkan pergerakan di kalangan negara terjajah, pada 20 Mei 1908 di Jakarta berdirilah Budi Utomo yang didirikan oleh dr. Soetomo dan kawan-kawan dengan ketuanya Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Setelah gerakan Budi Utomo pada 1908, kemudian dilanjutkan dengan berdirinya organisasi Serikat Dagang Islam pada 1909 pimpinan H. Samanhudi yang kemudian pada 1911 berubah nama menjadi Serikat Islam di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Pada 1912 berdiri organisasi Islam Muhammadiyah di Yogyakarta di bawah pimpinan K.H Ahmad Dahlan. Setelah itu pada 1915 berdiri Indische Partij yang didirikan oleh tiga serangkai, yaitu dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Deker, Ki Hajar Dewantara. Kemudian pada 1920 Indische Social Demokratische Partij atau ISDP dan bagian dari Serikat Islam berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Selanjutnya pada 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Pada 1928, lahirlah Sumpah Pemuda yaitu golongan pemuda yang menghendaki persatuan, bertujuan mencanangkan cita-cita kemerdekaan dan memperjuangkan Indonesia merdeka. Sumpah Pemuda inilah yang menjadi cikal bakal pendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia yang semakin tegas memperkuat persatuan nasional sebagai bekal yang makin kuat menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
- Masa Kemerdekaan
Saat terjadi kekosongan kekuasaan karena Jepang telah menyerah dan tentara sekutu belum mendarat di Indonesia, rakyat Indonesia yang diwakili oleh tokoh pejuang bangsa berhasil menyusun naskah Proklamasi. Teks Proklamasi Kemerdekaan berhasil dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi merupakan momentum pembebasan dan berakhirnya penjajahan, mengantarkan rakyat Indonesia untuk memulai kehidupan bernegara, dan melanjutkan cita-cita perjuangan sebagai Negara Indonesia yang merdeka.
- Masa Perang Kemerdekaan
Pada tahun 1945 sampai 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial. Rakyat Indonesia dengan semangat membara usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota mereka. Lalu setelah pindah ke Yogyakarta, Indonesia kembali diserang oleh Belanda. Akibat serangan cepat pada tangga 19 Desember, Belanda yang berhasil menguasai Yogyakarta waktu itu dijadikan ibu kota Negara Republik Indonesia dan beberapa pangkalan militer. Sidang kabinet Republik Indonesia yang dipimpin oleh Wakil Presiden Moh. Hatta memutuskan untuk memberikan mandat kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dan seandainya tidak mungkin, supaya menteri Keuangan Mr. A.A Maramis yang pada waktu itu berada di luar negeri (New Delhi) untuk menggantikan Mr. Syafruddin.
Secara serentak Kabinet hatta mengeluarkan dua surat mandat tentang pembentukan pemerintah darurat di Sumatra, satu untuk Mr. Syafruddin Prawiranegara di Bukit Tinggi, dan satu lagi untuk Mr. A.A Maramis di New Delhi. Tanggal 22 Desember 1948, dalam rapat di Sumatra yang di hadiri antara lain oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. T.M Hassan, Mr. S.M Rasyid, Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim, dna Mr. Latif memproklamirkan pemerintah darurat. Pendirian PDRI ini merupakan satu bentuk perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda.
Pemerintah darurat merupakan upaya pengalihan kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada pihak tertentu untuk menjalankan pemerintahan karena pemerintah Indonesia pada masa itu tidak dapat menjalankan fungsi pemerintahan. Hal ini karena pemerintahan yang tengah berlangsung mengalami ketidakkuasaan dalam menjalankan pemerintahan disebabkan adanya agresi Belanda yang berhasil menangkap Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta selaku kepala pemerintahaan dan menguasai pusat pemerintahan.
Peran pemerintah darurat ini menjadi sentral karena merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah Indonesia yang pada masa itu tidak dapat menjalankan pemerintahan. Berdirinya pemerintah darurat memiliki satu arti penting, yakni Indonesia masih memiliki eksistensi ketika terjadi penyerangan dan penguasaan yang dilakukan oleh Belanda. Walaupun merupakan pemerintahan hasil pelimpahan kekuasaan dan bersifat sementara, PDRI telah menjadi satu mata rantai sejarah Indonesia yang berhasil membentuk Indonesia.
Setelah beberapa kali terjadi pertempuran dan dilakukan perundingan antara Indonesia dengan Belanda, antara lain : Perjanjian Linggarjati pada 25 Maret 1947, Perjanjian Renville pada 8 Desember 1947, dan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 23 Agustus 1949 dan puncaknya pada 27 Desember 1949, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat harus berbentuk Negara Serikat. KMB berlangsung di Den Haag pada 23 Agustus sampa 2 November 1949, berhasil mengakhiri konfrontasi fisik antara Indonesia dengan Belanda. Hasil konfrensi tersebut yang paling utama adalah pengakuan dan penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepad pemerintah Indonesia yang disepakati akan disusun dalam struktur ketatanegaraan yang berbentuk negera federal, yaitu negara Republik Indonesia Serikat.
Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut :
- Nilai kejuangan religius (iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
- Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
- Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
- Nilai kejuangan harga diri.
- Nilai kejuangan percaya diri.
- Nilai kejuangan pantang mundur.
- Nilai kejuangan patriotisme.
- Nilai kejuangan heroisme.
- Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
- Nilai kejuangan rasa setia kawan.
- Nilai kejuangan nasionalisme dan cinta tanah air.
- Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.
Terima kasih semoga bermanfaat...
Comments
Post a Comment